Jumat, 15 Agustus 2014

dormansi benih



Dormansi BENIH
Dormansi adalah  peristiwa dimana benih atau biji mengalami masa istirahat (Dorman). Selanjutnya didefinisikan bahwa Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan (Anonim, 2009). Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo (Elisa, 2009)
Banyak biji tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini. Penanaman benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya sedikit perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan. Bagian tumbuhan yang lainnya yang juga diketahui berperilaku dorman adalah kuncup.
Klasifikasi Dormansi Biji
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo.
Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya.
a. Berdasarkan faktor penyebab dormansi
§ Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan
§ Imnate dormancy (rest): dormancy yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri
b. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji
Mekanisme fisik
Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri; terbagi menjadi:
- mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik
- fisik: penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeabel
- kimia: bagian biji/buah mengandung zat kimia penghambat
Mekanisme fisiologis
Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses fisiologis; terbagi menjadi:
- photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya
- immature embryo: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio yang tidak/belum matang
- thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu
c. Berdasarkan bentuk dormansi
Kulit biji impermeabel terhadap air/O2
  • Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nucellus, pericarp, endocarp
  • Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam substansi (misalnya cutin, suberin, lignin) pada membran.
  • Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun lingkungan. Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan skarifikasi mekanik.
  • Bagian biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji: mikrofil, kulit biji, raphe/hilum, strophiole; adapun mekanisme higroskopiknya diatur oleh hilum.
  • Keluar masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji. Dormansi karena hambatan keluar masuknya O2 melalui kulit biji ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan pemberian larutan kuat.
Embrio belum masak (immature embryo)
  • Ketika terjadi abscission (gugurnya buah dari tangkainya), embrio masih belum menyelesaikan tahap perkembangannya. Misal: Gnetum gnemon (melinjo)
  • Embrio belum terdiferensiasi
  • Embrio secara morfologis sudah berkembang, namun masih butuh waktu untuk mencapai bentuk dan ukuran yang sempurna.
Dormansi karena immature embryo ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur rendah dan zat kimia.
Biji membutuhkan pemasakan pascapanen (afterripening) dalam penyimpanan kering
Dormansi karena kebutuhan akan afterripening ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan pengupasan kulit.
Biji membutuhkan suhu rendah
Biasa terjadi pada spesies daerah temperate, seperti apel dan Familia Rosaceae. Dormansi ini secara alami terjadi dengan cara: biji dorman selama musim gugur, melampaui satu musim dingin, dan baru berkecambah pada musim semi berikutnya. Dormansi karena kebutuhan biji akan suhu rendah ini dapat dipatahkan dengan perlakuan pemberian suhu rendah, dengan pemberian aerasi dan imbibisi.
Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi ini adalah:
- jika kulit dikupas, embrio tumbuh
- embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah
- embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji masih membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi
- perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh kerdil
- akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin)
Biji bersifat light sensitive
Cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara, yaitu dengan intensitas (kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan fotoperiodisitas (panjang hari).
Kuantitas cahaya
Cahaya dengan intensitas tinggi dapat meningkatkan perkecambahan pada biji-biji yang positively photoblastic (perkecambahannya dipercepat oleh cahaya); jika penyinaran intensitas tinggi ini diberikan dalam durasi waktu yang pendek. Hal ini tidak berlaku pada biji yang bersifat negatively photoblastic (perkecambahannya dihambat oleh cahaya).
Biji positively photoblastic yang disimpan dalam kondisi imbibisi dalam gelap untuk jangka waktu lama akan berubah menjadi tidak responsif terhadap cahaya, dan hal ini disebut skotodormant. Sebaliknya, biji yang bersifat negatively photoblastic menjadi photodormant jika dikenai cahaya. Kedua dormansi ini dapat dipatahkan dengan temperatur rendah.
Kualitas cahaya
Yang menyebabkan terjadinya perkecambahan adalah daerah merah dari spektrum (red; 650 nm), sedangkan sinar infra merah (far red; 730 nm) menghambat perkecambahan. Efek dari kedua daerah di spektrum ini adalah mutually antagonistic (sama sekali bertentangan): jika diberikan bergantian, maka efek yang terjadi kemudian dipengaruhi oleh spektrum yang terakhir kali diberikan. Dalam hal ini, biji mempunyai 2 pigmen yang photoreversible (dapat berada dalam 2 kondisi alternatif):
§ P650 : mengabsorbir di daerah merah
§ P730 : mengabsorbir di daerah infra merah

Jika biji dikenai sinar merah (red; 650 nm), maka pigmen P650 diubah menjadi P730. P730 inilah yang menghasilkan sederetan aksi-aksi yang menyebabkan terjadinya perkecambahan. Sebaliknya jika P730 dikenai sinar infra merah (far-red; 730 nm), maka pigmen berubah kembali menjadi P650 dan terhambatlah proses perkecambahan.
Photoperiodisitas
Respon dari biji photoblastic dipengaruhi oleh temperatur:
- Pemberian temperatur 10-200C : biji berkecambah dalam gelap
- Pemberian temperatur 20-300C : biji menghendaki cahaya untuk berkecambah
- Pemberian temperatur >350C : perkecambahan biji dihambat dalam gelap atau terang
Kebutuhan akan cahaya untuk perkecambahan dapat diganti oleh temperatur yang diubah-ubah. Kebutuhan akan cahaya untuk pematahan dormansi juga dapat digantikan oleh zat kimia seperti KNO3, thiourea dan asam giberelin.
Dormansi karena zat penghambat
Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks proses-proses metabolik, yang masing-masing harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi yang menghambat salah satu proses akan berakibat pada terhambatnya seluruh rangkaian proses perkecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah berhasil diisolir adalah soumarin dan lacton tidak jenuh; namun lokasi penghambatannya sukar ditentukan karena daerah kerjanya berbeda dengan tempat di mana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat berada dalam embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah.
Cara praktis meme-cahkan dormansi pada benih tanaman pangan.
Untuk mengetahui dan membedakan/memisahkan apakah suatu benih yang tidak dapat berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi pada saat pengujian daya tumbuh/kecambah benih yang dormansi adalah bagaimana cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat dipersingkat.
Ada beberapa cara yang telah diketahui adalah :
Dengan perlakuan mekanis.
Diantaranya yaitu dengan Skarifikasi.
Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus.
Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas.
Dengan perlakuan kimia.
Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.
  • Sebagai contoh perendaman benih ubi jalar dalam asam sulfat pekat selama 20 menit sebelum tanam.
  • Perendaman benih padi dalam HNO3 pekat selama 30 menit.
  • Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 - 200 PPM.
Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).
Perlakuan perendaman dengan air.
Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih.
Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60 - 70 0C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel, direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu diangkat keluar untuk dikecambahkan.
Perlakuan dengan suhu.
Cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembap (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan.
Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili.
Perlakuan dengan cahaya.
Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari.
Teknik Pematahan Dormansi Biji
Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo (Abdi, 2008).
Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal pada benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang seragam. Upaya ini dapat berupa pemberian perlakuan secara fisis, mekanis, maupun chemis (Elisa, 2009).Hartmann (1997) dalam Elisa (2009) mengklasifikasikan dormansi atas dasar penyebab dan metode yang dibutuhkan untuk mematahkannya. Dengan perlakuan mekanis, diantaranya yaitu dengan Skarifikasi (Abdi, 2008).
Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus.Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas(Abdi, 2008).
  • Dengan perlakuan kimia.
Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).
  • Perlakuan perendaman dengan air.
Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih.Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60 - 70 0C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel, direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu diangkat keluar untuk dikecambahkan.
Perendaman dengan air panas  merupakan salah satu cara memecahkan masa dormansi benih. HCL adalah salah satu bahan kimia yang dapat mengatasi masalah dormansi pada benih
  • Perlakuan dengan suhu.
Cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembab (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan.Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili.
  • Perlakuan dengan cahaya.
Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari.
(Abdi, 2008)
Di akses pada hari : kamis, 30 Mei 2013

pengujian daya kecambah



PENGUJIAN DAYA KECAMBAH BENIH
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu.
Tujuan dari pengujian daya berkecambah adalah :
a) Memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
b) Membandingkan kualitas benih antar seed lot (kelompok benih)
c) Menduga storabilitas (daya simpan) benih
d) Memenuhi apakah nilai daya berkecambah benih telah memenuhi peraturan yang berlaku.
Hal yang pertama dilakukan untuk uji daya kecambah yaitu, menentukan contoh kerja untuk uji daya kecambah.
Contoh kerja yang dibutuhkan untuk uji daya kecambah ini memiliki ketentuan sebagai berikut:
a) Contoh kerja berasal dari fraksi benih murni
b) Berjumlah 400 butir
c) Terdiri dari 4 ulangan @ 100 butir
d) Bila kapasitas wadah perkecambahan terbatas/ kecil, tiap ulangan dibagi lagi menjadi 2 sub ulangan @ 50 butir atau sub ulangan @ 25 butir.
Setelah contoh kerja didapat maka langkah selanjutnya adalah pengujian daya berkecambah. Pengujian daya berkecambah ini dapat dilakukan dalam beberapa metode. Untuk menentukan metode apa yang digunakna hal tersebut tergantung pada jenis dan karakter tumbuh benih.
Pada evaluasi yang pertama hanya dilihat kecambah normal saja.
Kriteria untuk kecambah normal diantaranya adalah:
a) Kecambah dengan pertumbuhan sempurna, ditandai dengan akar dan batang yang berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk yang baik
b) Kecambah dangan cacat ringan pada akar, hipokotil/ epikotil, kotiledon, daun primer, dan koleoptil
c) Kecambah dengan infeksi sekunder tetapi bentuknya masih sempurna
Dengan kriteria tersebut kecambah normal diambil lalu dipisahkan dari benih yang belum berkecambah.
Jumlah kecambah normal tersebut kemudian dihitung. Pada evaluasi kedua yaitu melihat adanya kecambah normal, kecambah abnormal, benih yang tidak berkecambah (benih keras, benih segar tidak tumbuh, benih mati/ busuk). Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal.
Kecambah di bawah ini digolongkan ke dalam kecambah abnormal :
a) Kecambah rusak: kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Plumula atau radikula patah atau tidak tumbuh.
b) Kecambah cacat atau tidak seimbang: kecambah dengan pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional. Plumula atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah, sedangkan radikula tumbuh sebaliknya.
c) Kecambah lambat: kecambah yang pada akhir pengujian belum mencapai ukuran normal. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih normal kecambah pada benih abnormal ukurannya lebih kecil.
Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai akhir masa pengujian, yang digolongkan menjadi:
a) Benih segar tidak tumbuh: Benih, selain benih keras, yang gagal berkecambah namun tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Benih dapat menyerap air, sehingga dapat terlihat benih tampak mengembang. Namun tidak ada pemunculan struktur penting dari perkecambahan benih. Dan jika waktu penyemaian diperpanjang benih akan tumbuh normal.
b) Benih keras: Benih yang tetap keras sampai akhir masa pengujian. Benih tersebut tidak mampu menyerap air terlihat dari besarnya benih tidak mengembang, dan jika dibandingkan dengan benih segar tidak tumbuh ukuran benih keras lebih kecil. Hal ini disebabkan karena kulit benih yang impermeabel terhadap gas dan air.
c) Benih mati: Benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras, tidak segar, dan tidak berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan benih yang telah membusuk, warna benih terlihat agak kecoklatan. Hal ini disebabkan karena adanya penyakit primer yang menyerang benih. Disebabkan karena pada saat kultur teknis dilepangan tanaman yang menajdi induk talah terserang hama dan penyakit sehingga pada benih tersebut berpotensi membawa penyakit dari induknya.

Sumber : Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Jabar
Penulis : Admin Balai Pengawas
Pesyaratan Tumbuh
Benih memerlukan persyaratan / kondisi lingkungan tertentu untuk dapat tumbuh menjadi bibit / tanaman normal. Persyaratan tumbuh yang paling penting adalah :

a. Substrat / media tumbuh
Bahan yang dapat digunakan sebagai subtrat / media tumbuh adalah kertas, pasir, tanah, atau bahan yang lainnya seperti sabut kelapa,serbuk gergaji, dan lain – lain. Tanah dan bahan yang lain sangat beragam sehingga sulit distandarkan. Pemilihan penggunaan media kertas atau pasir tergantung pada ukuran benih dan kemudahan dalam pelaksanaan pengujiannya.

b.Air ( Kelembaban )
Subtrat harus lembab tetapi tidak terlalu basah. Pada subtract pasir kelembaban diatur 50% untuk serella selain jagung ( padi, sorgum, gandum, dan sebagainya ), dan 60% untuk jagung atau biji lainnya yang beukuran hampir sama dengan jagung dan biji kacang – kacangan berukuran besar. Kelembaban harus di pertahankan selama jangka waktu pengujian dengan jalan mengatur kelembaban udarah ruangan dimana subtrat tersebut ditempatkan diantara 90 – 95% atau melakukan penyinaran apabila diperlukan. Air yang digunkan untuk pengujian harus air tawar atu air bersi, pH antara 6,5 – 7 ( tidak asam dan tidak basa ), tidak tercemar oleh bahan kimia atau jasad renik.

c. Suhu
Suhu optimum untuk tumbuh diperlukan oleh suatu jenis benih dapat merupakan suhu tetap atau suhu berganti. Beberapa spesies tumbuh dengan baik pada suhu tetap 20oC, sedangkan beberapa spesies lainnya tumbu pada suhu berganti antara 20 – 30oC . Dalam menggunakan suhu tetap, variasi yang timbul selama jangka waktu pengujian tidak boleh lebih dari dan kurang dari 1oC untuk setiap 24 jam. Sedangkan dalam penggunaan suhu berganti maka suhu paling rendah diatur konstan selama 16 jam dan suhu yang lebih tinggi selama 8 jam. Bila penggantian suhu tidak dilaksanakan, maka suhu yang digunakan ialah suhu yang paling rendah.

d. Cahaya
Tidak semua jenis benih memerlukan cahaya untuk tumbuh. Bagi benih yang memerlukan panjang penyinaran tertentu selama jangka waktu pengujian, maka baik cahaya alam atau buatan harus diatur dengan intensitas yang merata sedemikian rupa sehingga panas yang timbul tidak dipengaruhi suhu yang telah ditetapkan. Cahaya tersebut harus diberikan selama 8 jam setiap 24 jam, sedangkan pada benih yang memerlukan suhu berganti penyinaran dilakukan pada suhu tinggi. Bagi setiap tanaman dibutuhkan intensitas cahaya antara 750 sampai 1,250 Lux.2.3.

Perkecambahan
Menurut seorang ahli fisiologi tanaman, yang dimaksud dengan perkecambahan benih adalah pertumbuhan aktif embrio yang berakibat pecahnya kulit benih ( Direktorat Jendral Tanaman Pangan, 2005 ).
Perkecambahan benih dalam skala laboratorium adalah muncul dan berkembangnya kecambah sampai ketingkat dimana kecambah tersebut dapat berkembang menjadi semai sehat pada kondisi yang obtimal dalam periode waktu tertentu ( Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, 2002 ).
Biji akan berkecambah setelah mengalami masa dormanyang dapat disebabkan oleh berbagai faktor internal seperti embrio masi berbentuk rudiment atau belum masak ( dari segi fisiologis ), kulit biji yang tahan atau impermeable, atau adanya penghambat tumbuh ( Pedoman Praktikum Balai Pembenihan Tanaman Sumatera Selatan ).
Hidayat (1995), menambahkan perkecambahan sesunggunya adalah pertumbuhan embrio yang dimulai kembali setelah penyerapan air atau imbibisi. Pada waktu imbibisi kandungan air meningkat, mula – mula cepat. Kemudian lebih lambat. Jaringan bermetabolisme secara aktif. Enzim yang telah ada diaktifkan kembali dan protein baru dengan kegiatan enzim baru disintesis untuk mencerna dan mengunakan berbagai bahan cadangan yang tersimpan. Pembelahan dan perluasan sel dimulai dan berjalan menurut pola yang telah diprogramkan. Program tersebut memerlukan air dan zat gizi secara terus menerus. Sebelum embrio menjadi kecambah mandiri, ia menggunakan makanan tersimpan dalam endosperm dan dalam selnya sendiri.

Teknik Pengujian Perkecambahan
Menurut Ance ( 2003 ), teknik pengujiaan daya kecambah dapat dilakukan dengan beberapa metode diantarnya ialah sebagai berikut :

1.      Pengujian Pada Kertas Digulung Dalam Plastik ( PKDp )
Dalam pengujian ini digunakan beberapa lembar kertas substratum yang dibasahi secukupnya, misalnya, 5 lembar kertas subtrtum, yang selanjutnya dihamparkan diatas alas plastik, benih – benih yang akan diuji, misalnya 100 biji benih, ditata dan ditanam secaraa teratur pada kertas kertas tersebut. Bisanya dari 8 lembar substratum tersebut diambil 3 lembar yang berisi benih, yang selanjutnya diguluh beserta alasnya dan dimasukan kedalam bak bagi perkecmbahan. Dalam keadaan demikian kelembaban tetap harus terjaga selama pengujian berlangsung.

2. Pengujian Antar Kertas ( AK )
Dalam pengujian ini digunakan kertas substratum seperti diatas, selanjutnya biji benih yang akan diuji ( jika ukurannya sebesar benih padi sebanyak 100 butir, tetapi jika ukuran benihnya sebesar biji jagung cukup 50 butir saja ) ditata dan ditanam setengah bagian kertas substratum, kemudian dilipat dengan baik agar biji – bijian benih tidak keluar masukkan kedalam bak bagi perkecambahan dengan diperhatikan agar substratum tetap terpelihara.

3.Pengujian Pada Kertas ( PK )
Dalam pengujian ini kertas – kertas dibuat seukuran cawan Petri (sebanyak 5 lembar) dibasahi dan diletakkan pada cawan Petri tersebut. Selanjutnya biji – biji benih yang akan diuji ditempatkan diatasnya . Selanjutnya tutup cawan Petri dengan pasangannya dan masukkan kedalam bak bagi perkecambahan dengan kelembaban yang terpelihara.

4. Pengujian Pada Pasir ( PP )
Bak kayu atau kotak diisi dengan pasir yang telah dibebaskan dari segalah kotoran, kemudian dinbasakan secukupnya. Tanam sekitar 400 butir benih dalam 4 kali ulangan, selanjutnyaa disusun pada rak – rak yang tersedia, kelembaban substratum agar terpelihara selama pengujian.

5. Pengujian Dalam Pasir ( DP )
Perlakuan – perlakuan seperti pada pengujian PP sama dilakukan dalam pengujian ini perbedaan terletak pada penutupan benih. Pengujian PD ini benih – benih setelh ditanam harus ditutup dengan pasir setebal 1 – 2 cm. Kelembaban substratum tetap harus di pelihara dengan baik.

Perkembangan Kecambah
Peristiwa penting dalam diferensiasi embrio selama perkecambahan ialah : Dimulai dari perkembangan sel pengangkut dalam pro cambium. Waktu perkembangan jaringan pembuluh berkaitan dengan berbagai peristiwa fisiologi. Dalam keping biji, metabolisme diaktifkan dan dikendalikan oleh rangsangan diri sumbu embrio. Gerakan rangsangan tersebut nanpaknya jatu bersamaan dengan terjadinya hubungan vascular antara sumbuh dengan keping biji tambah Tortora (1987 ).
Menurut Heddy ( 1990 ), baik pada monokotil maupun dikotil, Perkecambahan dapat berjenis hypogeal, dengan keping atau kedua keping biji terbungkus oleh kulit biji dan tetap berada di dalam tanah. Pada jenis perkecambahan epigeal keping biji terangkat keatas permukan tanah oleh sumbuh embrio yang memanjang. Pada perkecambahan hypogeal biji serta skulentum tetap berada dibawah permukaan tanah. Pada awal perkecambahan, koleoriza memanjang dan menembus perikarp dan kemudian akan menembus koleoriza. Di ujung lain pada biji pucuk yang diselubungi oleh koleoptil muncul. Kesatuan itu di dorong keatas oleh ruas ( internodus ) pertama, namun pada gandum pucuk terangkat hanya dengan pertumbuhan ruas ( internodus ), kedua, ruas diatas nodus koleoptil ( Hidayat, 1995 ).

Evaluasi Perkecambahan
Direktur jendral tanaman pangan ( 2005), menyatakan jika kecambah telah mencapai fase perkembangan tertentu, benih yang di uji akan di evaluasi berdasarkan struktur penting dan dikatagorikan sebagai kecambaah normal atau abnormal. Terkadang di perlukan dua atau lebih perhitungan ulang secara berturut – turut, sebelum semua benih berkecaambah dan mencapai fase perkembangan yang dikehendaki. Kecambah yang tidak cukup berkembang, lemah, tidak seimbang, cacat dan rusak., tetap ditinggalkan sampai perhitungan terakhir. Apabila terdapat keraguan atau sejumlah besar kecambah belum normal, peraturan ISTA memperkenankan periode pengujian untuk diperpanjang. Kecambah yang busuk atau bercendawan dikeluarkan pada pengamatan dan perhitungan antara, agar mengurangi resiko infeksi sekunder.
Rumus untuk mencari presentase tiap komponen :                             


Diakses Pada Hari Rabu, 29 Mei 2013 pukul 17.15