PENGUJIAN DAYA KECAMBAH BENIH
Pengujian daya kecambah adalah
mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan
benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya. Persentase daya
berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan
perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu.
Tujuan dari pengujian daya berkecambah
adalah :
a) Memperoleh
informasi nilai penanaman benih dilapangan
b) Membandingkan
kualitas benih antar seed lot (kelompok benih)
c) Menduga
storabilitas (daya simpan) benih
d) Memenuhi
apakah nilai daya berkecambah benih telah memenuhi peraturan yang berlaku.
Hal yang pertama
dilakukan untuk uji daya kecambah yaitu, menentukan contoh kerja untuk uji daya
kecambah.
Contoh
kerja yang dibutuhkan untuk uji daya kecambah ini memiliki ketentuan sebagai
berikut:
a) Contoh kerja
berasal dari fraksi benih murni
b) Berjumlah 400
butir
c) Terdiri dari
4 ulangan @ 100 butir
d) Bila
kapasitas wadah perkecambahan terbatas/ kecil, tiap ulangan dibagi lagi menjadi
2 sub ulangan @ 50 butir atau sub ulangan @ 25 butir.
Setelah
contoh kerja didapat maka langkah selanjutnya adalah pengujian daya
berkecambah. Pengujian daya berkecambah ini dapat dilakukan dalam beberapa
metode. Untuk menentukan metode apa yang digunakna hal tersebut tergantung pada
jenis dan karakter tumbuh benih.
Pada evaluasi
yang pertama hanya dilihat kecambah normal saja.
Kriteria untuk kecambah normal
diantaranya adalah:
a) Kecambah dengan pertumbuhan sempurna,
ditandai dengan akar dan batang yang berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai,
daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk yang baik
b) Kecambah dangan cacat ringan pada
akar, hipokotil/ epikotil, kotiledon, daun primer, dan koleoptil
c) Kecambah dengan infeksi sekunder
tetapi bentuknya masih sempurna
Dengan kriteria tersebut kecambah normal
diambil lalu dipisahkan dari benih yang belum berkecambah.
Jumlah kecambah normal tersebut kemudian
dihitung. Pada evaluasi kedua yaitu melihat adanya kecambah normal, kecambah
abnormal, benih yang tidak berkecambah (benih keras, benih segar tidak tumbuh,
benih mati/ busuk). Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan
potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal.
Kecambah di bawah ini digolongkan ke
dalam kecambah abnormal :
a) Kecambah rusak: kecambah yang
struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Plumula atau radikula patah atau
tidak tumbuh.
b) Kecambah cacat atau tidak seimbang:
kecambah dengan pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat
atau tidak proporsional. Plumula atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu
plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah, sedangkan radikula tumbuh
sebaliknya.
c) Kecambah lambat: kecambah yang pada
akhir pengujian belum mencapai ukuran normal. Jika dibandingkan dengan
pertumbuhan kecambah benih normal kecambah pada benih abnormal ukurannya lebih
kecil.
Benih yang tidak berkecambah adalah
benih yang tidak berkecambah sampai akhir masa pengujian, yang digolongkan
menjadi:
a) Benih segar tidak tumbuh: Benih,
selain benih keras, yang gagal berkecambah namun tetap baik dan sehat dan
mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Benih dapat menyerap
air, sehingga dapat terlihat benih tampak mengembang. Namun tidak ada
pemunculan struktur penting dari perkecambahan benih. Dan jika waktu penyemaian
diperpanjang benih akan tumbuh normal.
b) Benih keras: Benih yang tetap keras
sampai akhir masa pengujian. Benih tersebut tidak mampu menyerap air terlihat
dari besarnya benih tidak mengembang, dan jika dibandingkan dengan benih segar
tidak tumbuh ukuran benih keras lebih kecil. Hal ini disebabkan karena kulit
benih yang impermeabel terhadap gas dan air.
c) Benih mati: Benih yang sampai pada
akhir masa pengujian tidak keras, tidak segar, dan tidak berkecambah. Benih
mati dapat dilihat dari keadaan benih yang telah membusuk, warna benih terlihat
agak kecoklatan. Hal ini disebabkan karena adanya penyakit primer yang
menyerang benih. Disebabkan karena pada saat kultur teknis dilepangan tanaman
yang menajdi induk talah terserang hama dan penyakit sehingga pada benih
tersebut berpotensi membawa penyakit dari induknya.
Sumber : Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Jabar
Penulis : Admin Balai Pengawas
Pesyaratan
Tumbuh
Benih memerlukan persyaratan /
kondisi lingkungan tertentu untuk dapat tumbuh menjadi bibit / tanaman normal.
Persyaratan tumbuh yang paling penting adalah :
a. Substrat / media tumbuh
Bahan yang dapat digunakan
sebagai subtrat / media tumbuh adalah kertas, pasir, tanah, atau bahan yang
lainnya seperti sabut kelapa,serbuk gergaji, dan lain – lain. Tanah dan bahan
yang lain sangat beragam sehingga sulit distandarkan. Pemilihan penggunaan media
kertas atau pasir tergantung pada ukuran benih dan kemudahan dalam pelaksanaan
pengujiannya.
b.Air ( Kelembaban )
Subtrat harus lembab tetapi tidak
terlalu basah. Pada subtract pasir kelembaban diatur 50% untuk serella selain
jagung ( padi, sorgum, gandum, dan sebagainya ), dan 60% untuk jagung atau biji
lainnya yang beukuran hampir sama dengan jagung dan biji kacang – kacangan
berukuran besar. Kelembaban harus di pertahankan selama jangka waktu pengujian
dengan jalan mengatur kelembaban udarah ruangan dimana subtrat tersebut
ditempatkan diantara 90 – 95% atau melakukan penyinaran apabila diperlukan. Air
yang digunkan untuk pengujian harus air tawar atu air bersi, pH antara 6,5 – 7
( tidak asam dan tidak basa ), tidak tercemar oleh bahan kimia atau jasad
renik.
c. Suhu
Suhu optimum untuk tumbuh
diperlukan oleh suatu jenis benih dapat merupakan suhu tetap atau suhu
berganti. Beberapa spesies tumbuh dengan baik pada suhu tetap 20oC, sedangkan
beberapa spesies lainnya tumbu pada suhu berganti antara 20 – 30oC . Dalam
menggunakan suhu tetap, variasi yang timbul selama jangka waktu pengujian tidak
boleh lebih dari dan kurang dari 1oC untuk setiap 24 jam. Sedangkan dalam
penggunaan suhu berganti maka suhu paling rendah diatur konstan selama 16 jam
dan suhu yang lebih tinggi selama 8 jam. Bila penggantian suhu tidak
dilaksanakan, maka suhu yang digunakan ialah suhu yang paling rendah.
d. Cahaya
Tidak semua jenis benih
memerlukan cahaya untuk tumbuh. Bagi benih yang memerlukan panjang penyinaran
tertentu selama jangka waktu pengujian, maka baik cahaya alam atau buatan harus
diatur dengan intensitas yang merata sedemikian rupa sehingga panas yang timbul
tidak dipengaruhi suhu yang telah ditetapkan. Cahaya tersebut harus diberikan
selama 8 jam setiap 24 jam, sedangkan pada benih yang memerlukan suhu berganti
penyinaran dilakukan pada suhu tinggi. Bagi setiap tanaman dibutuhkan intensitas
cahaya antara 750 sampai 1,250 Lux.2.3.
Perkecambahan
Menurut seorang ahli fisiologi tanaman, yang dimaksud dengan perkecambahan benih adalah pertumbuhan aktif embrio yang berakibat pecahnya kulit benih ( Direktorat Jendral Tanaman Pangan, 2005 ).
Perkecambahan
Menurut seorang ahli fisiologi tanaman, yang dimaksud dengan perkecambahan benih adalah pertumbuhan aktif embrio yang berakibat pecahnya kulit benih ( Direktorat Jendral Tanaman Pangan, 2005 ).
Perkecambahan benih dalam skala
laboratorium adalah muncul dan berkembangnya kecambah sampai ketingkat dimana
kecambah tersebut dapat berkembang menjadi semai sehat pada kondisi yang
obtimal dalam periode waktu tertentu ( Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, 2002
).
Biji akan berkecambah setelah
mengalami masa dormanyang dapat disebabkan oleh berbagai faktor internal
seperti embrio masi berbentuk rudiment atau belum masak ( dari segi fisiologis
), kulit biji yang tahan atau impermeable, atau adanya penghambat tumbuh (
Pedoman Praktikum Balai Pembenihan Tanaman Sumatera Selatan ).
Hidayat (1995), menambahkan
perkecambahan sesunggunya adalah pertumbuhan embrio yang dimulai kembali
setelah penyerapan air atau imbibisi. Pada waktu imbibisi kandungan air
meningkat, mula – mula cepat. Kemudian lebih lambat. Jaringan bermetabolisme
secara aktif. Enzim yang telah ada diaktifkan kembali dan protein baru dengan
kegiatan enzim baru disintesis untuk mencerna dan mengunakan berbagai bahan
cadangan yang tersimpan. Pembelahan dan perluasan sel dimulai dan berjalan
menurut pola yang telah diprogramkan. Program tersebut memerlukan air dan zat
gizi secara terus menerus. Sebelum embrio menjadi kecambah mandiri, ia
menggunakan makanan tersimpan dalam endosperm dan dalam selnya sendiri.
Teknik
Pengujian Perkecambahan
Menurut Ance ( 2003 ), teknik
pengujiaan daya kecambah dapat dilakukan dengan beberapa metode diantarnya
ialah sebagai berikut :
1.
Pengujian Pada Kertas Digulung
Dalam Plastik ( PKDp )
Dalam pengujian ini digunakan
beberapa lembar kertas substratum yang dibasahi secukupnya, misalnya, 5 lembar
kertas subtrtum, yang selanjutnya dihamparkan diatas alas plastik, benih –
benih yang akan diuji, misalnya 100 biji benih, ditata dan ditanam secaraa
teratur pada kertas kertas tersebut. Bisanya dari 8 lembar substratum tersebut
diambil 3 lembar yang berisi benih, yang selanjutnya diguluh beserta alasnya
dan dimasukan kedalam bak bagi perkecmbahan. Dalam keadaan demikian kelembaban
tetap harus terjaga selama pengujian berlangsung.
2. Pengujian Antar Kertas ( AK )
Dalam pengujian ini digunakan
kertas substratum seperti diatas, selanjutnya biji benih yang akan diuji ( jika
ukurannya sebesar benih padi sebanyak 100 butir, tetapi jika ukuran benihnya
sebesar biji jagung cukup 50 butir saja ) ditata dan ditanam setengah bagian
kertas substratum, kemudian dilipat dengan baik agar biji – bijian benih tidak
keluar masukkan kedalam bak bagi perkecambahan dengan diperhatikan agar
substratum tetap terpelihara.
3.Pengujian Pada Kertas ( PK )
3.Pengujian Pada Kertas ( PK )
Dalam pengujian ini kertas –
kertas dibuat seukuran cawan Petri (sebanyak 5 lembar) dibasahi dan diletakkan
pada cawan Petri tersebut. Selanjutnya biji – biji benih yang akan diuji
ditempatkan diatasnya . Selanjutnya tutup cawan Petri dengan pasangannya dan
masukkan kedalam bak bagi perkecambahan dengan kelembaban yang terpelihara.
4.
Pengujian Pada Pasir ( PP )
Bak kayu atau kotak diisi dengan
pasir yang telah dibebaskan dari segalah kotoran, kemudian dinbasakan
secukupnya. Tanam sekitar 400 butir benih dalam 4 kali ulangan, selanjutnyaa
disusun pada rak – rak yang tersedia, kelembaban substratum agar terpelihara
selama pengujian.
5. Pengujian Dalam Pasir ( DP )
Perlakuan – perlakuan seperti
pada pengujian PP sama dilakukan dalam pengujian ini perbedaan terletak pada
penutupan benih. Pengujian PD ini benih – benih setelh ditanam harus ditutup
dengan pasir setebal 1 – 2 cm. Kelembaban substratum tetap harus di pelihara
dengan baik.
Perkembangan
Kecambah
Peristiwa penting dalam
diferensiasi embrio selama perkecambahan ialah : Dimulai dari perkembangan sel
pengangkut dalam pro cambium. Waktu perkembangan jaringan pembuluh berkaitan
dengan berbagai peristiwa fisiologi. Dalam keping biji, metabolisme diaktifkan
dan dikendalikan oleh rangsangan diri sumbu embrio. Gerakan rangsangan tersebut
nanpaknya jatu bersamaan dengan terjadinya hubungan vascular antara sumbuh
dengan keping biji tambah Tortora (1987 ).
Menurut Heddy ( 1990 ), baik pada
monokotil maupun dikotil, Perkecambahan dapat berjenis hypogeal, dengan keping
atau kedua keping biji terbungkus oleh kulit biji dan tetap berada di dalam
tanah. Pada jenis perkecambahan epigeal keping biji terangkat keatas permukan
tanah oleh sumbuh embrio yang memanjang. Pada perkecambahan hypogeal biji serta
skulentum tetap berada dibawah permukaan tanah. Pada awal perkecambahan,
koleoriza memanjang dan menembus perikarp dan kemudian akan menembus koleoriza.
Di ujung lain pada biji pucuk yang diselubungi oleh koleoptil muncul. Kesatuan
itu di dorong keatas oleh ruas ( internodus ) pertama, namun pada gandum pucuk
terangkat hanya dengan pertumbuhan ruas ( internodus ), kedua, ruas diatas
nodus koleoptil ( Hidayat, 1995 ).
Evaluasi
Perkecambahan
Direktur jendral tanaman pangan (
2005), menyatakan jika kecambah telah mencapai fase perkembangan tertentu,
benih yang di uji akan di evaluasi berdasarkan struktur penting dan
dikatagorikan sebagai kecambaah normal atau abnormal. Terkadang di perlukan dua
atau lebih perhitungan ulang secara berturut – turut, sebelum semua benih
berkecaambah dan mencapai fase perkembangan yang dikehendaki. Kecambah yang
tidak cukup berkembang, lemah, tidak seimbang, cacat dan rusak., tetap ditinggalkan
sampai perhitungan terakhir. Apabila terdapat keraguan atau sejumlah besar
kecambah belum normal, peraturan ISTA memperkenankan periode pengujian untuk
diperpanjang. Kecambah yang busuk atau bercendawan dikeluarkan pada pengamatan
dan perhitungan antara, agar mengurangi resiko infeksi sekunder.

Rumus untuk mencari
presentase tiap komponen :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar